Taksi dan Angkutan Umum Non-Ekonomi Belum Naikkan Tarif

Sejumlah pengemudi taksi dan angkutan umum non-ekonomi di wilayah Jakarta belum menaikkan tarif. Meskipun sebelumnya Gubernur DKI Jakarta telah menandatangani surat persetujuan menaikkan harga taksi dan bus kota non-ekonomi tertanggal 10 Juli 2013.

Supir Bus Koaja AC P20 jurusan Lebak Bulus - Senen, Juser Lubis (30 tahun) mengatakan belum ada edaran resmi dari Organda maupun koperasi perihal kenaikan tarif. Dia masih menggunakan tarif lama sebesar Rp 5.000

"Kalau bisa malah turunkan. Soalnya kita saingan dengan TransJakarta yang lebih murah," kata Lubis ditemui di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Taksi dan Angkutan Umum Non-Ekonomi Belum Naikkan Tarif
Sumber Republika, 15 Juli

Lubis menambahkan, kenaikan tarif hanya akan mengurangi jumlah penumpang. Menurutnya, pengeluaran membeli bahan bakar minyak (BBM) naik, tapi ada dispensasi untuk dari koperasi untuk mengurangi besar setoran.

Supir bus non-ekonomi, yaitu Patas-AC 81 jurusan Depok - Kalideres yang ditemui di Terminal Depok, Didi Rasli (44) berharap sebaliknya. Dia setuju tarif dinaikkan. Pasalnya, sejak tarif naik, setoran juga naik.
"Bingung juga, kalau tarif naik pendapatan jadi berkunag. Bingung," ujar Didi mengeluh. Menurut supir bus perusahaan Mayasari Bakti ini, pendapatan untuk awak bus sangat kecil. Dari tarif yang telah dinaikkan Rp 9.000 setiap penumpang, dia harus menyetor Rp 8.000 kepada pengelola.

Sementara itu, bagi sebagian sopir bus non-ekonomi jarak jauh, kenaikan tarif justru memberi keuntungan. Bagi Nanang (38), supir bus Agra Mas Jurusan Jakarta - Solo, misalnya. "Alhamdulillah, kalau bagi kita lumayan ada keuntungan," kata Nanang di Terminal Lebak Bulus.
Dia menyebutkan, untung-tidaknya kenaikan tarif tergantung dari kebijakan armada. Bagi supir bus dengan sistem borongan, sepertinya kenaika tarif merupakan angin segar.
Nanang, mengatakan bahan bakar bus ditanggung oleh perusahaan. Jadi, meski setoran naik, dia tetap memperoleh tambahan.

Pengemudi taksi juga mengaku belum menaikkan tarif. Pengemudi taksi tarif bawah di Trakindo Expres Group mengatakan, belum ada edaran resmi dari perusahaan untuk menaikkan argo.
"Belum baik karena belum ada arahan," ujar Heriyanto (34 tahun). Dia masih menggunakan tarif lama yaitu Rp 5.000 untuk sekali buka pintu.
Umrinaldi (45) supir taksi Express lainya juga menyatakan hal serupa. Sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dia mengaku penghasilan jauh berurang untuk membeli bensin. Akan tetapi, penumpang taksi akan pergi jika tarif dinaikkan.

Sementara itu, bagi pengemudi taksi tarif atas, seperti Blue Bird. Kenaikan harga BBM tidak berpengaruh pada penghasilan Jobner (48) menyatakan, Blue Bird menarik komisi sebesar 40 persen dari total penghasilannya.

Kepada Hubungan Masyarakat Blue Bird Teguh Wiyanto menyatakan, belum ada rencana untuk menaikkan tarif taksi Blue Bird meskipun sura keputusan telah ditandatangani Gubernur DKI Jakarta.
"Kita mempertimbangkan kondisi psar karena semua serba naik, harga-harga kebutuhan pokok melambung," kata Teguh. Dia menyatakan, kenaikan tarif buka hanya mempertimbangkan keadaan penumpang, tetapi juga komisi bagi pengemudi armada Blue Bird. Meskipun tidak menaikkan taif menjadi Rp 7.000 untuk tarif buka pintu, tarif Blue Bird saat berada di para tarif bawah untuk tarif buka pintu. Sumber Republika, 15 Juli

0 komentar:

Posting Komentar